RENUNGAN PAGI - BILANGAN 20, 21, 22
BILANGAN 20
“ADA KONSEKUENSI”
Bilangan 20 dan Keluaran 17: 1-7 mencatat dua kejadian di mana orang Israel kecewa dengan Musa karena berada di padang pasir tanpa air. Pertama kali (Keluaran) Tuhan menyuruh Musa untuk mengambil tongkatnya dan memukul batu, dan air keluar dari sana. Namun dalam nats ini, sesuatu yang sangat berbeda, Tuhan menyuruh Musa untuk “berbicara kepada batu karang.
”Tuhan memberi Musa instruksi khusus pertama kali batu itu dipukul (bnd. Kel 17: 6, tetapi dalam nats ini (bnd Bil 20: 8) yang kedua kalinya Musa hanya perlu berbicara kepada batu karang itu. Namun, Musa mengalami hal yang buruk. Dia sudah lama bersama bangsa Israel yang menggerutu ini. Dia kehilangan kesabaran dan bukannya berbicara kepada batu itu, melainkan dia memukulnya dan berkata, “Haruskah kami membawakan air untukmu?”
Untuk mendisiplinkannya, Tuhan tidak mengizinkan Musa masuk ke Tanah Perjanjian. Teguran Allah terhadap Musa sangat berat; dia tidak akan memimpin Israel masuk ke Tanah Perjanjian. Apa yang dia impikan dan merasa terpanggil bahkan sebagai seorang anak di istana Mesir untuk membebaskan umat Allah tidak selesai.
Orang lain akan menyelesaikan pekerjaan itu. Ini mungkin tampak sebagai hukuman yang terlalu keras bagi Musa. Tampaknya hanya dengan satu kesalahan, dia sekarang harus kehilangan masuk Tanah Perjanjian. Pada akhir dari semuanya itu, Allah dilihat sebagai yang kudus di antara orang-orang Israel.
Musa tidak menguduskan Tuhan dalam kejadian ini, tetapi Tuhan tetap menyatakan kekudusanNya melalui konsekuensi kepada Musa. Shalom selamat pagi, Tuhan Yesus memberkati bapak, ibu dan seluruh jemaat.
BILANGAN 21
“FOKUS KEPADA TUHAN”
Bangsa Israel baru saja mengalami kemenangan yang luar biasa atas Raja negeri Arad, orang Kanaan yang tinggal di Tanah Negeb. Mereka telah melihat Tuhan langsung menjawab doa-doa mereka. Saat mereka merasa yakin dengan kekuatannya sendiri, maka mereka mulai mengalihkan pandangannya dari Tuhan.
Fokus pada diri sendiri mengarah pada kepahitan, keluhan, ketidaksabaran, dan ketidakpercayaan terhadap kemampuan Tuhan dan karakter-Nya. Ketika visi Israel terfokus pada kesulitan-kesulitan mereka, mereka kehilangan pandangan akan tujuan waktu mereka di padang gurun.
Mereka juga berhenti berterima kasih kepada Tuhan yang telah menyelamatkan mereka dari perbudakan Mesir dan membebaskan mereka.
Ular yang berapi itu memberikan kesempatan untuk memfokuskan kembali perhatian mereka pada pujian atas pembebasan ilahi dan kepercayaan pada kemampuan Tuhan untuk memimpin mereka ke masa depan. Mereka tidak bisa menyembuhkan diri mereka sendiri.
Yang harus mereka lakukan untuk tetap hidup adalah melihat ke atas atau fokus kembali kepada Tuhan. Shalom selamat pagi, Tuhan Yesus memberkati bapak, ibu dan seluruh jemaat.
“DEWASA SECARA ROHANI”
Terkadang, seperti halnya Bileam, dibutuhkan tindakan ekstrim, agar matanya terbuka terhadap pimpinan Tuhan. Bileam begitu buta terhadap tuntunan Tuhan sehingga dia tidak mau menerima jawaban, bahkan dari Tuhan.
Bileam masih keras kepala dan berkemauan keras; dia masih belum mengubah hatinya. Bileam bertindak lebih daripada keledai yang dia tunggangi, dan dia dengan marah memukuli binatang malang itu karena menolak untuk maju.
Jadi, secara ajaib, Tuhan memberi keledai itu kekuatan untuk berbicara. Kisah ini mengingatkan kita semua bahwa ketika Tuhan menggunakan kita untuk menyampaikan pesan-Nya, maka kita harus mengikuti tuntunan Tuhan, Dia bisa dengan mudah menggunakan keledai.
Jika Dia memutuskan untuk menggunakan kita untuk menyampaikan pesan-Nya kepada seseorang, itu karena kasih karunia-Nya. Tuhan menggunakan kita, bukan karena Dia tidak memiliki pilihanlain, atau karena kita adalah orang-orang yang cerdas dan berbakat.
Tuhan memilih untuk memakai kita karena Dia ingin kita menikmati perjalanan bersama-Nya. Dia memakai kita karena Dia senang melihat anak-anak-Nya tumbuh dan menjadi dewasa secara rohani. Shalom selamat pagi, selamat beribadah. Tuhan Yesus memberkati bapak, ibu dan seluruh jemaat.